Tradisi Budaya Babarit Kuningan Harus di Lestarikan

Tradisi Upacara Babarit di Kuningan menjadi agenda tahunan yang dilakukan untuk memeriahkan kegiatan Hari Jadi Kuningan dan permohonan Doa. Kali ini di usia Kuningan ke 521 kembali digelar, Minggu (8/9/2019), berlangsung di depan Pendopo bersamaan dengan acara Car Free Day. Dihadiri ribuan Warga Kuningan yang memadati jalan Siliwangi.

Ada hal yang unik di acara babarit yaitu tumpeng atau gunungan nasi kuning yang dihadirkan untuk dimakan bersama. Prosesi babarit diawali dengan ngarajah atau doa bersama kepada Allah untuk memohon perlindungan, pertolongan dari segala marabahaya. Sekaligus rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan untuk Kuningan.

Bupati Kuningan H. Acep Purnama, mengatakan Babarit berasal dari kata babar yang artinya dilahirkan, kegiatan babarit atau hajat desa ini merupakan adat istiadat yang turun-temurun pada masyarakat sunda terutama warga Kuningan yang terus dilestarikan keberadaannya.

“Budaya babarit terus dilestarikan karena merupakan bagian dari aset budaya yang memiliki nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat. Dan merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan yang sudah diberikan kepada Kuningan. Juga mengingatkan kita untuk menghormati jasa para leluhur karena adanya kita tak lepas adanya mereka,”harap Bupati yang memakai baju adat Sunda ini.

Dalam babarit ini ada juga helaran yang dikenal dengan kawin cai yang berasal dari empat sumber mata air yang dibawa para penari kemudian dituangkan ke bokor yang berada di depan gunungan tumpeng. Usai itu meminta Bupati untuk mencelupkan beberapa helai daun untuk dicipratkan-cipratkan ke empat penjuru arah mata angin.

Prosesi ini menurut pamong budaya, Satum Heryana, menjelaskan mengandung arti saling mengingatkan untuk menjaga dan melestarikan alam agar adanya keseimbangan. Sekaligus simbol bahwa kita harus bersatu walaupun asal kita berbeda.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang didampingi Wabup Kuningan M. Ridho Suganda, Sekda Kuningan Dr. Dian Rachmat Yanuar, M.Si didampingi Istri. Potongan tumpeng diberikan Bupati kepada masyarakat yang menyaksikan babarit ini dengan menyuapi langsung dengan tangannya.

Diakhir acara serentak masyarakat berebut tumpeng dan makanan yang ada dengan suka ria. Menurut salah seorang warga Citangtu Hasan, (80), acara setahun sekali ini telah memberikan makna sebagai media berkumpulnya masyarakat untuk mengetahui seni budaya yang ada dan mempererat kekeluargaan antara semua pihak.

Sumber :https://www.kuningankab.go.id/berita/tradisi-babarit-meriahkan-harjad-kuningan-sekaligus-tolak-bala